8 Apr 2014

TENTANG MAULID NABI SAW.

TENTANG MAULID NABI MUHAMMAD SAW.

MAULIDURRASUL DENGAN DALIL-DALIL YANG NYATA.
Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani. Segala pujian bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat dan salam keatas saiyidina Muhammad, Keluarga dan Sahabatnya sekelian…
Kami kemukakan dalil-dalil bagi masaalah Maulidurrasul didalam risalah ini, supaya dapat memberi penjelasan yang terang bagi sekelian kaum muslimin daripada terpesong dengan mereka yang membid’ahkan amalan ini. Mudah-mudahan Allah memberi manfaat dengannya, amin…!
DALIL SUNAT MENYAMBUT MAULIDURRASUL DI SISI ULAMA’ AHLI SUNNAH.
 
1. Merayakan hari kelahiran Nabi s.a.w. termasuk daripada perkara yang membesarkan dan memuliakan baginda. Dijanjikan kejayaan dunia dan akhirat bagi mereka yang menyambutnya. Firman Allah Taala:
“Maka mereka yang beriman dengannya (Muhammad), membesarkannya dan membantunya dan mengikuti cahaya (Al-Qur’an) yang diturunkan bersamanya. Mereka itulah yang mendapat kejayaan.”
(Surah Al-A’araf, ayat 157).
 

Kesesatan Ajaran Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian

Kesesatan Ajaran Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian : tauhid Uluhiyyah, tauhid Rububiyyah, dan tauhid al-Asma’ Wa ash-Shifat.

 Pendapat kaum Wahabi yang membagi tauhid kepada tiga bagian; tauhid Uluhiyyah, tauhid Rububiyyah, dan tauhid al-Asma’ Wa ash-Shifat adalah bid’ah batil yang  menyesatkan. Pembagian tauhid seperti ini sama sekali tidak memiliki dasar, baik dari al-Qur’an, hadits, dan tidak ada seorang-pun dari para ulama Salaf atau seorang ulama saja yang kompeten dalam keilmuannya yang membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Pembagian tauhid kepada tiga bagian ini adalah pendapat ekstrim dari kaum Musyabbihah masa sekarang; mereka mengaku datang untuk memberantas bid’ah namun sebenarnya mereka adalah orang-orang yang membawa bid’ah.

Di antara dasar yang dapat membuktikan kesesatan pembagian tauhid ini adalah sabda Rasulullah:

MENGENAL BID`AH MENURUT AHLUSUNNAH WAL JAMA`AH BAG.I

BID`AH MENURUT AHLUSUNNAH WAL JAMA`AH Bag.I

Bid’ah dalam pengertian bahasa adalah:


مَا أُحْدِثَ عَلَى غَيْرِ مِثَالٍ سَابِقٍ

“Sesuatu yang diadakan tanpa ada contoh sebelumnya”.
Seorang ahli bahasa terkemuka, Ar-Raghib al-Ashfahani dalam kitab Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, menuliskan sebagai berikut:

اَلإِبْدَاعُ إِنْشَاءُ صَنْعَةٍ بِلاَ احْتِذَاءٍ وَاقْتِدَاءٍ. وَإِذَا اسْتُعْمِلَ فِيْ اللهِ تَعَالَى فَهُوَ إِيْجَادُ الشَّىْءِ بِغَيْرِ ءَالَةٍ وَلاَ مآدَّةٍ وَلاَ زَمَانٍ وَلاَ مَكَانٍ، وَلَيْسَ ذلِكَ إِلاَّ للهِ. وَالْبَدِيْعُ يُقَالُ لِلْمُبْدِعِ نَحْوُ قَوْلِهِ: (بَدِيْعُ السّمَاوَاتِ وَالأرْض) البقرة:117، وَيُقَالُ لِلْمُبْدَعِ –بِفَتْحِ الدَّالِ- نَحْوُ رَكْوَةٍ بَدِيْعٍ. وَكَذلِكَ الْبِدْعُ يُقَالُ لَهُمَا جَمِيْعًا، بِمَعْنَى الْفَاعِلِ وَالْمَفْعُوْلِ. وَقَوْلُهُ تَعَالَى: (قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُل) الأحقاف: 9، قِيْلَ مَعْنَاهُ: مُبْدَعًا لَمْ يَتَقَدَّمْنِيْ رَسُوْلٌ، وَقِيْلَ: مُبْدِعًا فِيْمَا أَقُوْلُهُ.اهـ

MENGENAL BID`AH MENURUT AHLUSUNNAH WAL JAMA`AH BAG.II

 BID`AH MENURUT AHLUSUNNAH WAL JAMA`AH Bag.II

2. Bid’ah-bid’ah 'Amaliyyah yang buruk.

Contohnya menulis huruf (ص) atau (صلعم) sebagai singkatan dari “Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam” setelah menuliskan nama Rasulullah. Termasuk dalam bahasa Indonesia menjadi “SAW”. Para ahli hadits telah menegaskan dalam kitab-kitab Mushthalah al-Hadits bahwa menuliskan huruf “shad” saja setelah penulisan nama Rasulullah adalah makruh. Artinya meskipun ini bid’ah sayyi-ah, namun demikian mereka tidak sampai mengharamkannya. Kemudian termasuk juga bid’ah sayyi-ah adalah merubah-rubah nama Allah dengan membuang alif madd (bacaan panjang) dari kata Allah atau membuang Ha' dari kata Allah.